Selasa, 15 September 2009

PENGALAMAN NYATA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HATI NURANI





Sekitar dua minggu yang lalu pada hari Jum’at siang, saya menuju halte Karet bergegas pulang. Sebelumnya saya mengamati mahasiswa-mahasiswa London School yang menghiraukan seorang nenek yang belum pernah saya lihat sebelumnya di halte Karet sedang kebingungan. Entah mengapa Hati Nurani saya tergerak untuk membantu nenek ini. Ternyata nenek ini ingin bertanya jurusan bus ke Depok, dengan erat memegang tangan saya dan membantunya berjalan sepanjang jembatan hingga Halte. Di tengah perjalanan Nenek ini cerita tentang perjalanannya hingga bisa sampai disini, dan menunjukkan sisa uangnya. Tak tega saya melihatnya, akhirnya saya berniat membantu meringankan bebannya dengan menambahkan sisa uangnya. Sempat curiga, kenapa para pedagang di jembatan menatap saya dengan tatapan aneh, namun saya hiraukan. Saya tetap kembali ke niat semula yaitu membantu dengan ikhlas nenek ini.
Ada-ada saja ulah nenek ini, meminta saya menggendongnya karena kakinya yang beralaskan sandal tipis sudah letih berjalan. Namun, karena saya tidak mampu menggendongnya, saya hanya menuntunnya dengan erat hingga menyeberangi jembatan. Sempat takut sesampainya saya di halte karena banyak orang yang lalu lalang dan tidak ada yang saya kenal.
Akhirnya bus jurusan saya sudah tiba, tetapi bus nenek ini belum datang-datang juga. Dengan perasaan cemas dan tak tega, saya izin pulang dulu kepada nenek ini. Alasan pulang ini saya jadikan sebuah alibi untuk menghindari sesuatu yang saya tidak inginkan. Akhirnya saya jalan sedikit ke arah gedung Metropolitan dan naik bus dari sana. Sempat cemas ”apakah ini modus penipuan ataukah benar-benar nenek ini butuh pertolongan?”.
Setibanya saya dirumah, saya langsung bercerita dengan Ibu saya tentang kejadian siang tadi. Ibu saya hanya berkata ”yah, ini hari Jum’at, hari baik, mungkin itu malaikat yang diturunkan Allah untuk menguji amal baikmu. Semoga saja kamu mendapat pahala yang setimpal ya,nak”. Senang dan damai mendengar jawaban itu keluar dari mulutnya.
Tibalah hari Senin, saatnya mulai untuk kuliah lagi. Entah mengapa saya ingin menceritakan kejadian tempo hari kepada teman-teman yang datang pagi. Saya menceritakan secara mendetil fisik nenek tersebut, bagaimana ia berpakaian, seperti apa rambutnya. Akhirnya perasaan aneh itu terjawab saat teman saya nyeletuk berkata ”LO KENA TIPU,MBI!! Tuh nenek emang ga siang doang mangkal disitu. Kadang dia ada malam, atau sore. Dan alasannya selalu sama, pura-pura nanya jurusan bus”.
Saya hanya bisa Ikhlas menghadapi itu, dan semuanya saya anggap pelajaran yang berharga bahwa di Jakarta memang sudah sangat minim nilai kejujuran yang dianut warganya sekaligus introspeksi dalam diri saya atas kekurangan beramal saya mungkin.

what can i say? just read okey!

Nama saya Arimbi Lestari, lahir 20 tahun yang lalu pada tanggal 16 Desember 1988, saya anak pertama dari dua bersaudara, saya tinggal di Metro Permata 1 blok F 2 no 17 Karang Mulya. Saya memiliki adik perempuan yang berselisih satu tahun empat bulan dengan saya, ia mengambil jurusan Hubungan Internasional di salah satu perguruan tinggi swasta Jakarta. Ayah saya bernama Imam Pramono, lahir tanggal 14 Maret 1960, beliau keturunan Jakarta dan Jawa, anak terakhir dari dua bersaudara, beliau lulusan S2 Master Management Universitas Mercubuana. Ibu saya bernama Wenny Muji Hartati, seorang ibu pengurus rumah tangga, lahir pada tanggal 4 Desember 1963, beliau keturunan Jawa, anak ke dua dari empat bersaudara.

Dari umur 3 tahun saya dan adik sudah mengikuti kursus-kursus tambahan seperti les Bahasa Inggris, musik dan mengaji. Dari mulai Lembaga kursus EEP di bilangan Blok M (Melawai) sampai EF Bintaro dan juga mengambil ekstrakulikuler pramuka dan pencak silat yang hanya bertahan sampai sabuk putih hingga kelas 6 SD. Saat SMP saya lebih memfokuskan kemampuan saya. Saya mengikuti les Bahasa Jepang di Gakushudo Puri Indah dan bermusik. Saya memilih untuk belajar gitar classic di Yamaha Relasi Puri Indah selama 3 tahun serta mengikuti ekstrakulikuler Basket di sekolah hingga lulus SMP. Lalu sebagai siswi SMA Pembangunan Jaya,Bintaro saya memutuskan untuk beralih pada Vocal, tetap dengan kursus Bahasa Jepang namun pindah di daerah Senopati, Shizen Nihon-Go Koshu (tempatnya sudah pindah) selama satu tahun. Kelas 2 SMA saya memutuskan untuk pindah ke SMAN 4 Balikpapan sebagai anak IPS karena mengikuti orang tua. Awalnya ingin menyelesaikan SMA disana, namun karena lingungannya kurang cocok dengan saya. Saya memutuskan untuk setahun saja.di kalimantan saya menyibukkan diri dengan meneruskan kursus Bahasa Inggris di EF Balikpapan. Lalu saya pindah lagi ke Jakarta dan menyelesaikan SMA saya di SMAN 112 Jakbar. Dan mengikuti bimbingan belajar di Cendikiawan College(ceko) dengan harapan dapat kursi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Pada dasarnya semua manusia memiliki kekurangan dan kelebihan di dalam dirinya, dan saya akui saya pun memilikinya, terutama kekurangan. Saya mengakui kekurangan yang saya miliki merugikan diri saya dan orang lain, saya memiliki sifat yang arogan di dalam lingkungan sekitar. Saat saya memutuskan kehendak, saya ingin semua orang setuju dengan kehendak saya. Saya akui saya tidak suka tugas kelompok. Menurut saya tugas kelompok tidaklah efektif. Kebersamaan bisa diciptakan dari pergaulan sehari-hari, tidak harus dengan tugas(apabila itu merupakan alasan untuk menjalin kekerabatan). Saya lebih suka mengerjakan sesuatu hal sendiri bukan tidak percaya kepada orang lain tapi menurut saya suatu pekerjaan tidak boleh dicampuri banyak tangan, karena hasilnya tidak sesuai yang saya harapkan. Belum lagi kalau ada anggota kelompok yang tempat tinggalnya jauh, makin menghambat ketepatan waktu pengerjaan.

Saya bukan orang pintar serta harta melimpah yang selalu mendapatkan nilai A dalam setiap mata kuliah dan selalu mendapatkan apa yang saya inginkan, saya juga bukan orang yang rajin mengerjakan sesuatu secara tepat waktu, dan saya bukan orang yang soleha dalam agama. Tetapi saya adalah orang yang ingin selalu belajar dari kekurangan yang saya miliki.

Cita-cita saya tidak muluk-muluk seperti kebanyakan anak seumur saya. Tidak memungkiri cita-cita juga demi melanjutkan kelangsungan hidup saya,bukan? Dan tidak jauh dari materi serta posisi yang menggiurkan. Apalah tujuan dari seorang mahasiswa jurusan marketing kalau bukan mengetahui seluk beluk bisnis dan berkecimpung di dalamnya. Apabila ada cita cita lain, berarti saya salah jurusan.

Langkah pertama yang sudah saya lakukan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan adalah saat ini saya sedang bekerja paruh waktu di PT. Tanaka Artha Persada Indonesia yang menjalani bisnis di bidang large ship or boat like barge, tanker, cargo, roro, and ferry as administrative assistant. Kerjaan saya tiap hari adalah memeriksa email yang masuk apabila ada permintaan dari klien serta mencari data – data kapal yang diinginkan mereka, dan juga setiap akhir bulan tidak lupa untuk membuat laporan keuangan.

Namun saya bukan orang yang mudah puas dengan apa yang sudah saya peroleh. Keinginan untuk menjadi lebih baik selalu menghantui pikiran saya dan merupakan suatu ambisi.